-->

Menulis untuk Kebahagiaan dan Curhat

Afifah Afra | Ketua Umum BPP Forum Lingkar Pena *)



Curhat dan Makna Kebahagiaan
Saya jarangkali menyampaikan ini. Biasanya trik menulis cerpen, trik menulis novel, artikel dan sebagainya. Tapi kali ini saya akan bercerita tentang menulis untuk kebahagiaan dan curhat.

Zaman saya kecil, umur SMP, saya punya buku harian. Dan buku itu saya gembok. Hanya saya saja yang boleh membacanya. Begitu saya buka lagi, ternyata banyak luapan-luapan emosi saya yang bersarang di sana. Jadi, menulis -pada saat itu- menjadi cara yang paling efektif bagi saya untuk curhat.

Seseorang tidak akan bisa menemukan kebahagiaan, melainkan ia harus menciptakannya. Itu kenapa banyak orang mencari kebahagiaan, tapi tidak didapatnya. Karena kebahagiaan punya cara sendiri untuk menghampiri seseorang, dan berbeda cara dengan orang lain. Maka, seseorang bisa meraih kebahagiaan itu dengan caranya sendiri, misalnya dengan menulis.

Manusia dan Residu
Struktur manusia terdiri dari tiga komponen: jiwa; fikiran, dan; fisik. Ketiganya butuh “makanan”. Perut bisa lapar, jiwa bisa sedih, galau, dan fikiran bisa stress, buntu. Sehingga kita perlu memberinya “makanan”.

Selain itu, ketiga komponen tersebut mengeluarkan residu. Secara fisik misalnya, manusia mengeluarkan kotoran saat BAB. Menjadi hal yang melegakan atau membahagiakan, saat kita usai mengeluarkan residu atau kotoran yang ada dalam perut kita.

Ternyata, jiwa juga punya residu. Racun-racun yang bergumpal dalam diri kita, menciptakan berbagai perasaan tidak nyaman. Gundah, resah, dengki, sedih dan marah. Jadi, kita juga perlu mengeluarkan residu itu.

Maka kita mengenal apa yang disebut katarsis. Yaitu proses penyucian jiwa untuk mengeluarkan residu atau racun-racun yang ada dalam diri kita. Proses pengosongan jiwa dari emosi-emosi terpendam. Kalo emosi-emosi terpendam itu tidak dikeluarkan, maka akan menjadi tekanan, dan stress. Apabila stress tidak dikelola, akan memunculkan berbagai macam penyakit.

Emosi, jika dalam dunia kesehatan, bisa memicu pertumbuhan hormon kortisol. Di mana hormon ini bisa memicu pemecahan gula menjadi bahan energi tubuh. Sebetulnya kortisol itu baik untuk mengelola stress dan emosi, namun jika energi tidak dimanfaatkan, atau berlebihan, akan merusak tubuh. Kelebihan kortisol akan memicu penyakit kardiovaskuler, gula darah naik (DM), gangguan kognitif dan lain-lain.

Apabila kita sedang stress, itu artinya kondisi itu menyuruh kita untuk banyak beraktivitas. Sebagian dari kita dalam kondisi tersebut tidak dimanfaatkan untuk banyak beraktivitas, akhirnya energi itu akan menumpuk dalam tubuh, membuat gula darah naik. Menyerang jantung, membuat berat badan tubuh naik dan memicu munculnya berbagai penyakit.

Karena itu, kita perlu katarsis. Marah-marah di media sosial, membanting piring atau gelas, itu juga bagian dari katarsis. Tetapi, hal itu akan menimbulkan efek yang tidak baik di kemudian hari. Hendak mengatasi suatu masalah, namun menimbulkan dua kali masalah yang lebih besar.

Menulis Sebagai Katarsis
Salah satu katarsis yang baik adalah berkarya. Salah satunya, menulis. Menulis bisa menjadi proses katarsis. Kemarahan, kesedihan dan kekecewaan bisa dikeluarkan melalui menulis. Memang, dari segi bahasa, sudah pasti tidak baik. Sama halnya kita mengelurkan kotoran yang sudah pasti bau, akan tetapi mau tidak mau harus dikeluarkan. Namun, perlu diingat, bahwa tulisan yang masih “kotor” itu, jangan (langsung) dipublikasikan. Seperti kala kita buang kotoran itu di kamar mandi. Bukan di tempat umum yang semua orang bisa melihat.

Menurut Sinta Yudisia, Psikolog, menulis dapat membantu seseorang merunut kisah hidupnya agar tertata dan dapat dibaca dengan baik. Biasanya, seseorang ketika bolak-balik membaca tulisannya akan termenung. Merunut kisah merupakan alur penting dalam pemahaman kita terhadap apa yang telah terjadi, dan bagaiman segala sesuatu akan dirancang. Saat seseorang dapat merunut kisahnya dengan baik, ia mungkin akan terluka tetapi dapat mengenali sesuatu lebih utuh. Dia akan mendapatkan sebuah insight dari apa yang terjadi padanya. Inilah sebenarnya intisari dari proses writing for healing.


*) Disari dari materi pelatihan Easy Writing; Menulis untuk Kebahagiaan dan Curhat di SMP N 1 Gringsing, Kabupaten Batang.








Lihat Koleksi Edents Publika

0 Response to "Menulis untuk Kebahagiaan dan Curhat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel